Kerajinan Dari Batok Kelapa
0
Pemanfaat batok kelapa sebagai wadah sebenarnya bukan hal yang baru
bagi masyarakat . Penggunaan kulit buah-buahan yang keras sudah
digunakan manusia sejak meninggalkan hidup nomaden dan menetap disuatu
daerah. Penggunaan batok kelapa sebagai bahan baku kerajinan , diawali
dengan usaha untuk memenuhi pesanan, kemudian berkembang dan ditekuni
menjadi matapencaharian tetap. Pengembangan kerajinan batok kelapa
sebenarnya sangat memungkinkan, mengingat kedersediaan sumber daya alam
berupa buah kelapa cukup memadai.
Dalam upaya tersebut, maka para perajin dituntut untuk mampu menciptakan produk dengan memadukan potensi alam dengan keterampilan yang dimiliki. Kreativitas, inovasi desain dan keahlian tangan para perajin menjadi penting, sehingga pada akhirnya tempurung kelapa bisa dibuat lebih berguna dan memiliki nilai ekonomis tinggi dengan mengolahnya menjadi\barang kerajinan yang bisa menembus pasar ekspor. Jenis produk kerajinan yang diproduksinya, seperti tempat lilin, mangkok, kendi, sendok, teko dan juga barang hiasan. pemasaran produknya hampir seluruhnya untuk pasaran ekspor dengan tujuan Jepang, Australia, Amerika Serikat dan lain-lain. Dengan kondisi tersebut, maka hasi kerajinan batok kelapa merupakan salah satu produk unggulan
a) Produk Kerajinan untuk Menunjang Aktivitas Hidup Sehari-hari.
Sejarah perkembangan peradaban manusia menunjukkan, bahwa dalam aktivitas hidupannya tidak dapat dipisahkan dengan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup termasuk berupa produk kerajinan. Perkembangan penciptaan dan penggunaannya, berlangsung sesuai dengan tingkat kompleksitas kebutuhan hidup, persedian bahan baku, pengetahuan dan teknologi yang dikuasai serta faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dalam perkembangan tersebut, juga tampak usaha-usaha penyederhanaan produk kerajinan dengan tujuan agar dapat digunakan lebih efisien, praktis, dan ergonomis.
Demikian juga dalam kehidupan masyarakat di Bali. Pada saat penduduk diBali masih hidup mengembara, mereka membuat peralatan dan perlengkapan hidup berupa produk kerjinan dengan menggunakan bahan baku yang ada di sekitar mereka, seperti batu, kayu, bambu, tulang atau kulit binatang, dan sebagainya serta dikerjakan dengan teknik yang masih sangat sederhana. Dalam perkembangan selanjutnya, sebelum mendapat pengaruh modernisasi, masyarakat di Bali telah mampu menciptakan berbagai peralatan berupa produk kerjinan tradisional yang digunakan untuk menunjang aktivitas hidupnya sehari-hari, seperti: peralatan pertahian, perabotan dapur, pertukangan dan sebagainya.
b) Karya Kriya untuk Menunjang Kegiatan Upacara Agama Hindu di Bali.
Dalam melangsungkan ritual Agama Hindu sesuai dengan adat di Bali, peranan
produk kerajinan sangat penting. Konsep penciptaan mengarah pada spiritual religius dan dilandasi kosmologi Hinduistis. Produk kerajinan tersebut digunakan dalam ritual dan dalam konteks alam imanensi umat Hindu di Bali. Sebagai sarana untuk mempermudah membayangkan sifat abstrak Tuhan. Selain hal tersebut, juga sebagai rasa bakti atau rasa terimakasih kepada-Nya atau kepada leluhur (Ida Bethara Kekawitan) atas anugrah dan keselamatan yang diberikan-Nya.
Produk kerajinan tersebut diwujudkan secara permanen atau temporer berupa “alat” upacara, simbol-simbol atau nyasa dan sebagai elemen estetis dengan menggunakan berbagai bahan, seperti: emas, perak, perunggu, kuningan, besi, batu, bambu, tanah liat, kayu, kulit hewan, dan sebagainya. Dalam penggunaan produk kerajinan terkait dengan agama Hindu di Bali, maka dikenal tiga jenis produk kerajinan, yakni: produk kerajinan sebagai sarana upacara dewa yadnya disebut produk kerajinan wali (spritual), produk kerajinan sebagai sarana upacara dewa yadnya dan juga sekaligus untuk memenuhi kebutuhan cita rasa manusiawi yang disebut kriya bebali(spritualsekuler). Selanjutnya produk kerajinan yang dapat digunakan untuk memenihi kebutuhan manusiawi disebut produk kerajinan bali-balian (sekuler).
c) Produk Kerajinan untuk Menunjang Berbagai Kegiatan Kesenian.
Produk kerajinan yang dimanfaatkan untuk perlengkapan dalam kegiatan kesenian, seperti: dalam seni tari, seni sastra, seni suara (kekawin atau kekidung), seni karawitan, pedalangan, bangunan tradisional dan sebagainya. Cabang-cabang seni tersebut, dalam pagelaran atau penyuguhannya tampak saling terkait satu dengan yang lainnya. Dalam kaitan tersebut, produk kerajinan sering dimanfaatkan sebagai sarana atau elemen pendukung. Seperti dalam seni pertunjukan, berupa tari joged bumbung, arja, tari topeng, wayang wong, barong, rangda dan sebagainya, termasuk seni tari kreasi baru yang diilhami seni tradisional. Dalam pagelarannya melibatkan berbagai produk kerajinan, seperti: topeng, pakaian penari (gelungan, bapang, ampok-ampok, gelang kana, keris, tombak, dan sebagainya), termasuk produk kerajinan sebagai elemen estetis yang digunakan untuk menghias panggung pertunjukan. Sebagai perlengkapan dalan seni kerawitan, seperti berupa: seperangkat gambelan, pakaian penabuh dan sebagainya.
Sebagai perlengkapan dalam seni pedalangan, seperti: berbagai bentuk dan karakter wayang yang diukir atau disungging pada kulit binatang yang telah disamak, gambelan, “lampu wayang”, keropak atau peti untuk menyimpan wayang dan sebagainya. Demikian juga diaplikasikan pada bangunan tradisional Bali. Produk kerajinan banyak diterapkan berupa simbol-simbol atau elemen estetis, baik berupa relief atau patung, seperti berupa kekarangan (karang gajah, boma, goak atau paksi, tapel, sesimbaran, dan batu), pepatran (patra sari, patra punggel, masmasan, kakul-kakulan, tali ilut, sesimbaran, pipid, welanda, mesir, cina dan sebagainya). Sebagai sarana seni sastra tradisional, seperti dalam penulisan berbagai aksara atau pembuatan ceritera bergambar atau prasi (bahasa Bali), dibuat di atas permukaan\daun lontar, tembaga, emas, perak, batu, dan sebagainya dengan jalan ditoreh
menggunakan alat sejenis pisau belati, disebut pengrupak, pahat dan sebagainya
d) Produk Kerajinan untuk Menunjang Kegiatan Sektor Pariwisata.
Pengembangan sektor pariwisata di Bali dalam konteks perekonomian masyarakat, pengembangan tersebut dinilai positif dan dianggap sebagai sektor yang sangat strategis, karena mampu membangkitkan semangat rakyat dari kelesuan ekonomi yang diakibatkan terjadinya inflasi dan resesi yang melanda dunia. Sektor tersebut dipandang sangat potensial yang menawarkan peluang-peluang baru dalam berbagai lapangan kerja. Usaha-usaha yang terkait dengan akomodasi, transportasi, dan biro jasa lainnya, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara tidak langsung dapat mengakibatkan semakin meningkatkan mobilitas penduduk dan produktifitassektorsektor penunjang lain, seperti: sektor pertanian, kesenian, industri kecil termasuk usaha perluasan penciptaan produk kerajinan. Usaha perluasan pengadaan produk-produk kerajinan sebagai penunjang kepari-wisataan di Bali, pada beberapa dasawarsa belakangan ini, tampak semakin mendapat harapan baru dengan kecenderungan mengarah pada tujuan komersial. Banyak produk kerajinan dipakai sebagai mata dagangan yang dikonsumsi oleh para wisatawan, seperti berupa cenderamata atau untuk komoditi ekspor.
Dalam upaya tersebut, maka para perajin dituntut untuk mampu menciptakan produk dengan memadukan potensi alam dengan keterampilan yang dimiliki. Kreativitas, inovasi desain dan keahlian tangan para perajin menjadi penting, sehingga pada akhirnya tempurung kelapa bisa dibuat lebih berguna dan memiliki nilai ekonomis tinggi dengan mengolahnya menjadi\barang kerajinan yang bisa menembus pasar ekspor. Jenis produk kerajinan yang diproduksinya, seperti tempat lilin, mangkok, kendi, sendok, teko dan juga barang hiasan. pemasaran produknya hampir seluruhnya untuk pasaran ekspor dengan tujuan Jepang, Australia, Amerika Serikat dan lain-lain. Dengan kondisi tersebut, maka hasi kerajinan batok kelapa merupakan salah satu produk unggulan
Benefit of Handicraft
Sejarah perkembangan peradaban manusia menunjukkan, bahwa dalam aktivitas hidupannya tidak dapat dipisahkan dengan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup termasuk berupa produk kerajinan. Perkembangan penciptaan dan penggunaannya, berlangsung sesuai dengan tingkat kompleksitas kebutuhan hidup, persedian bahan baku, pengetahuan dan teknologi yang dikuasai serta faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dalam perkembangan tersebut, juga tampak usaha-usaha penyederhanaan produk kerajinan dengan tujuan agar dapat digunakan lebih efisien, praktis, dan ergonomis.
Demikian juga dalam kehidupan masyarakat di Bali. Pada saat penduduk diBali masih hidup mengembara, mereka membuat peralatan dan perlengkapan hidup berupa produk kerjinan dengan menggunakan bahan baku yang ada di sekitar mereka, seperti batu, kayu, bambu, tulang atau kulit binatang, dan sebagainya serta dikerjakan dengan teknik yang masih sangat sederhana. Dalam perkembangan selanjutnya, sebelum mendapat pengaruh modernisasi, masyarakat di Bali telah mampu menciptakan berbagai peralatan berupa produk kerjinan tradisional yang digunakan untuk menunjang aktivitas hidupnya sehari-hari, seperti: peralatan pertahian, perabotan dapur, pertukangan dan sebagainya.
b) Karya Kriya untuk Menunjang Kegiatan Upacara Agama Hindu di Bali.
Dalam melangsungkan ritual Agama Hindu sesuai dengan adat di Bali, peranan
produk kerajinan sangat penting. Konsep penciptaan mengarah pada spiritual religius dan dilandasi kosmologi Hinduistis. Produk kerajinan tersebut digunakan dalam ritual dan dalam konteks alam imanensi umat Hindu di Bali. Sebagai sarana untuk mempermudah membayangkan sifat abstrak Tuhan. Selain hal tersebut, juga sebagai rasa bakti atau rasa terimakasih kepada-Nya atau kepada leluhur (Ida Bethara Kekawitan) atas anugrah dan keselamatan yang diberikan-Nya.
Produk kerajinan tersebut diwujudkan secara permanen atau temporer berupa “alat” upacara, simbol-simbol atau nyasa dan sebagai elemen estetis dengan menggunakan berbagai bahan, seperti: emas, perak, perunggu, kuningan, besi, batu, bambu, tanah liat, kayu, kulit hewan, dan sebagainya. Dalam penggunaan produk kerajinan terkait dengan agama Hindu di Bali, maka dikenal tiga jenis produk kerajinan, yakni: produk kerajinan sebagai sarana upacara dewa yadnya disebut produk kerajinan wali (spritual), produk kerajinan sebagai sarana upacara dewa yadnya dan juga sekaligus untuk memenuhi kebutuhan cita rasa manusiawi yang disebut kriya bebali(spritualsekuler). Selanjutnya produk kerajinan yang dapat digunakan untuk memenihi kebutuhan manusiawi disebut produk kerajinan bali-balian (sekuler).
c) Produk Kerajinan untuk Menunjang Berbagai Kegiatan Kesenian.
Produk kerajinan yang dimanfaatkan untuk perlengkapan dalam kegiatan kesenian, seperti: dalam seni tari, seni sastra, seni suara (kekawin atau kekidung), seni karawitan, pedalangan, bangunan tradisional dan sebagainya. Cabang-cabang seni tersebut, dalam pagelaran atau penyuguhannya tampak saling terkait satu dengan yang lainnya. Dalam kaitan tersebut, produk kerajinan sering dimanfaatkan sebagai sarana atau elemen pendukung. Seperti dalam seni pertunjukan, berupa tari joged bumbung, arja, tari topeng, wayang wong, barong, rangda dan sebagainya, termasuk seni tari kreasi baru yang diilhami seni tradisional. Dalam pagelarannya melibatkan berbagai produk kerajinan, seperti: topeng, pakaian penari (gelungan, bapang, ampok-ampok, gelang kana, keris, tombak, dan sebagainya), termasuk produk kerajinan sebagai elemen estetis yang digunakan untuk menghias panggung pertunjukan. Sebagai perlengkapan dalan seni kerawitan, seperti berupa: seperangkat gambelan, pakaian penabuh dan sebagainya.
Sebagai perlengkapan dalam seni pedalangan, seperti: berbagai bentuk dan karakter wayang yang diukir atau disungging pada kulit binatang yang telah disamak, gambelan, “lampu wayang”, keropak atau peti untuk menyimpan wayang dan sebagainya. Demikian juga diaplikasikan pada bangunan tradisional Bali. Produk kerajinan banyak diterapkan berupa simbol-simbol atau elemen estetis, baik berupa relief atau patung, seperti berupa kekarangan (karang gajah, boma, goak atau paksi, tapel, sesimbaran, dan batu), pepatran (patra sari, patra punggel, masmasan, kakul-kakulan, tali ilut, sesimbaran, pipid, welanda, mesir, cina dan sebagainya). Sebagai sarana seni sastra tradisional, seperti dalam penulisan berbagai aksara atau pembuatan ceritera bergambar atau prasi (bahasa Bali), dibuat di atas permukaan\daun lontar, tembaga, emas, perak, batu, dan sebagainya dengan jalan ditoreh
menggunakan alat sejenis pisau belati, disebut pengrupak, pahat dan sebagainya
d) Produk Kerajinan untuk Menunjang Kegiatan Sektor Pariwisata.
Pengembangan sektor pariwisata di Bali dalam konteks perekonomian masyarakat, pengembangan tersebut dinilai positif dan dianggap sebagai sektor yang sangat strategis, karena mampu membangkitkan semangat rakyat dari kelesuan ekonomi yang diakibatkan terjadinya inflasi dan resesi yang melanda dunia. Sektor tersebut dipandang sangat potensial yang menawarkan peluang-peluang baru dalam berbagai lapangan kerja. Usaha-usaha yang terkait dengan akomodasi, transportasi, dan biro jasa lainnya, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara tidak langsung dapat mengakibatkan semakin meningkatkan mobilitas penduduk dan produktifitassektorsektor penunjang lain, seperti: sektor pertanian, kesenian, industri kecil termasuk usaha perluasan penciptaan produk kerajinan. Usaha perluasan pengadaan produk-produk kerajinan sebagai penunjang kepari-wisataan di Bali, pada beberapa dasawarsa belakangan ini, tampak semakin mendapat harapan baru dengan kecenderungan mengarah pada tujuan komersial. Banyak produk kerajinan dipakai sebagai mata dagangan yang dikonsumsi oleh para wisatawan, seperti berupa cenderamata atau untuk komoditi ekspor.